Ibu rumah tangga berpenghasilan 25 juta dari penangkaran burung
Kisah inspiratif kali ini datang dari seorang ibu rumah tangga di Desa Kudu, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Susilowati, nama ibu tersebut, mampu meraup keuntungan rata-rata Rp 25 juta per bulan dari usaha penangkaran burung.Berbekal ketelatenan dan modal seadanya, usaha yang umumnya digeluti kaum laki-laki ini mengalami perkembangan pesat. Dari semula hanya 1 – 2 kandang di samping rumahnya yang asri, kini berkembang menjadi 40 kandang indukan yang sebagian besar sudah produktif.
Jenis burung yang dipilih untuk ditangkar juga tidak main-main, yakni jalak bali dan cucakrowo. Khusus jalak bali, tidak semua orang bisa menangkar. Hanya mereka yang telah mendapatkan sertifikat penangkaran yang diizinkan untuk mengembangbiakkan burung langka dan dilindungi ini untuk tujuan komersial.
Menurut Susilowati, usaha penangkaran burung sebenarnya tak menyita banyak waktu, karena hanya memberi pakan berupa jangkrik dan pisang dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Tiap hari dia hanya mengeluarkan Rp 30.000 untuk kebutuhan pakan burung-burungnya.
Witing trisno jalaran soko kulino. Kecintaannya terhadap burung bermula dari kegemaran suami yang juga penghobi burung. Di rumah, suaminya suka memelihara banyak burung. Suatu ketika, suaminya harus bekerja di luar kota, sehingga pekerjaan merawat burung pun terpaksa digantikannya.
Dari sini terbersit keinginan untuk mencoba menangkar burung, bukan sekadar memelihara. Sebab, pikirnya waktu itu, lebih mudah memelihara burung di dalam kandang daripada di dalam sangkar. Maka, niat itu pun disampaikannya kepada suaminya, dan ternyata diizinkan.
Saat memulai usaha, kata Susilowati seperti diberitakan kstv.co.id, ia memilih jenis burung kacer dan murai batu. Setelah mahir, barulah dia merambah ke burung jenis langka seperti jalak bali karena keuntungannya lebih tinggi.
Keuntungan melimpah akan dirasakan jika burung bertelur dan menetaskan anak. Untuk anak burung jalak bali yang baru berumur 1 bulan, dibandrol harga Rp 12 juta / pasang. Sedangkan cucakrowo dihargai Rp 4 juta / sepasang.
Dalam setahun, sepasang indukan bisa menghasilkan anakan hingga enam kali. Penjualan anakan pun terbilang mudah, karena pembeli akan datang sendiri. Bahkan untuk jalak bali sudah indent sejak induknya bertelur.
Pembeli tidak hanya datang dari kota-kota di Jawa Timur, namun ada juga dari Bali dan Jakarta. Mereka umumnya juga belajar beternak burung darinya. Untuk itu, Susilowati mengaku terbuka memberikan pengalamannya dalam menangkar burung. Bahkan pembeli pun boleh melihat dan meniru kandang kreasinya.
Berkaca dari pengalamannya, Susilowati mengajak ibu rumah tangga lainnya untuk menekuni penangkaran burung, karena terbukti bisa memberikan pendapatan yang tak sedikit. “Asalkan mau belajar dan sabar merawat, usaha beternak burung bisa menghasilkan keuntungan menggiurkan,” tandasnya.
Mau lihat bagaimana Susilowati setiap hari merawat burung-burungnya? Simak tayangan video berikut ini, yang diupload Safari Bird Farm ke youtube.
Ayo, siapa mau belajar kepada Ibu Susilowati?
Salam dari Om Kicau!
===
Silakan tinggalkan komentar dan cek juga beberapa artikel terpopuler di bawah ini:
- Lihat kepintaran cockatiel menyanyikan syair lagu
- Penangkaran jalak suren ala Hananto Prasetyo
- Mengintip migrasi burung di Puncak Bogor
- Sudah tepatkah tenggeran untuk burung Anda?
- Burung malurus belajar ngoceh sejak di dalam telur
- Burung di kota lebih pasrah dan penakut daripada di desa
- Cara mudah menangkarkan gelatik jawa
- Ibu rumah tangga berpenghasilan 25 juta dari penangkaran burung
- Jadi master chef untuk burung kenari
- Panduan membedakan gelatik jawa jantan dan betina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar