Pleci jepang keren juga, tetapi sudah adakah di Indonesia?
Ada tiga jenis pleci yang paling dicari PC mania saat ini: auriventer, mata putih (pleci biasa), dan pleci gunung (montanus). Auriventer merupakan subspesies atau ras dari mata putih (Zosterops palpebrosus), dengan nama ilmiah Zosterops palpebrosus auriventer. Sedangkan montanus merupakan spesies tersendiri dengan nama ilmiah Zosterops montanus. Ketika dolan ke rumah Mbah Google, saya melihat ada juga jenis pleci yang penampilan dan ocehannya keren, yaitu pleci jepang atau japanese white-eye (Zosterops japonicus). Adakah PC mania Indonesia yang sudah memiliknya?Kegemaran memelihara pleci rupanya bukan hanya melanda Indonesia saja. Di sejumlah negara Asia Timur (China, Taiwan, Jepang) dan Asia Tenggara (Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Myanmar, Filipina), pleci juga menjadi salah satu burung favorit.
Di Jepang, misalnya, hobi memelihara pleci malah sudah berlangsung lama. Artinya, booming lebih dulu daripada di negeri kita. Mereka memiliki kebanggaan tersendiri, karena para ornitolog memberikan nama khusus untuk pleci jepang, yaitu Zosterops japonicus, dengan nama internasional japanese white-eye.
Selain kemerduan suaranya, bodinya yang imut dengan tampilan cantik juga menjadi daya tarik bagi sejumlah rumah tangga di Jepang untuk memeliharanya. Bahkan kalau Anda melihat beberapa video di youtube (coba cari dengan kata kunci “japanese white-eye”), akan terlihat tayangan bagaimana pleci nurut saja ketika diletakkan di pundak sang ayah, di punggung tangan sang ibu, atau di atas pensil sang anak.
Tetapi keliru kalau orang Jepang mengklaim pleci jepang merupakan burung endemik yang hanya ada di Negeri Sakura. Spesies ini ternyata banyak dijumpai di China, Taiwan, Vietnam, Myanmar, dan Filipina.
Indonesia tidak perlu iri, karena punya pleci jenis lain yang tak kalah cantik dan merdu seperti mata putih, auriventer, buxtoni, melanurus, hingga pleci gunung. Soal plasma nuftah burung, percayalah Indonesia masih paling komplet dan paling variatif.
Karakteristik pleci jepang
Secara umum, penampilan pleci jepang tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu mencolok dari pleci biasa. Warna bulu bagian atas tubuhnya, mulai dari ujung kepala sampai ekor, didominasi hijau zaitun. Sedangkan tubuh bagian bawah hijau kepucatan. Kaki, paha, dan paruhnya berwarna hitam kecokelatan. Dahi berwarna hijau, sedangkan tenggorokan kuning.
Tubuhnya cenderung ramping dan panjang, yang memudahkannya melakukan gerakan akrobatik di atas pohon. Sayapnya berwarna cokelat kegelapan, tetapi jika dilihat dari kejauhan tetap ada unsur hijaunya. Panjang tubuh burung dewasa sekitar 10-11 cm, dengan bobot badan sekitar 9,75 – 12,75 gram.
Di alam bebas, pleci jepang jarang terlihat di atas tanah. Mereka lebih senang tinggal di cabang, dahan, atau ranting pepohonan. Sebagaimana pleci biasa, mereka juga hidup berkelompok (koloni) dengan 5-20 ekor per kelompok. Kelompok-kelompok ini selalu terlihat bersama di pepohonan maupun saat terbang.
Tetapi ketika musim kawin tiba, mulai Februari hingga Desember, burung jantan dewasa memisahkan diri dari kelompoknya. Ia akan menyanyikan suara merdunya, memanggil burung betina yang mau diajak kencan, dengan suara yang keras. Ia akan mengusir pleci jantan yang mendekatinya, tetapi membiarkan kehadiran burung jantan dari spesies lain.
Perangai seperti itulah yang kerap disalahmengerti sebagian orang bahwa pleci termasuk burung fighter. Pleci hanya berperangai seperti itu saat musim kawin di alam bebas, sekadar menjaga wilayah teritorial, serta mencari jodoh saja. Jika sudah berjodoh, ia akan balik ke koloninya setelah anak-anaknya mandiri.
Pleci jepang yang sudah berjodoh akan membangun sarang di cabang pepohonan, dengan ketinggian 1-30 meter dari tanah. Mereka membangun sarangnya selama 7-10 hari (pleci melanurus di eks Wilayah Karesidenan Semarang hanya butuh waktu 4 hari untuk membangun sarang).
Bahan penyusun sarang diangkutnya dari tanah atau pepohonan, mulai dari bulu mamalia, dedaunan kering, rumput kering, lumut, dan sebagainya. Dengan bahan-bahan itulah, mereka membangun sarang berbentuk cawan dengan diameter sekitar 56 cm dan kedalaman hingga 42 cm. Biasanya sarang hanya sekali pakai, tetapi ada juga burung betina yang menggunakan sarang yang sama hingga tiga kali periode bertelur.
Puncak musim kawin pleci jepang di alam bebas terjadi pada Juli-Agustus. Induk betina menghasilkan 3 – 4 butir, berwarna biru pucat, dengan masa pengeraman 11 hari. Setelah menetas, induk akan meloloh anak-anaknya selama 10 hari. Setelah itu, anakan pleci sudah bisa belajar makan sendiri dan berlatih terbang.
Kini, pleci jepang tidak hanya dijumpai di habitat aslinya saja. Sebagian sudah berpindah ke rumah-rumah warga sebagai burung piaraan, dengan suara merdu dan lantang. Berikut ini video nyanyian pleci jepang yang dipelihara dalam sangkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar